Hore!
Hari Baru,
Teman-teman.
Kita tahu bahwa
trust atau kepercayaan merupakan salah satu elemen penting dalam kepemimpinan.
Tanpa kepercayaan, jangan harep deh kepemimpinan kita bakal efektif.
Masalahnya, kita sering menghadapi fakta bahwa banyak sekali anak buah yang
tidak mempercayai atasannya. Maka bisa dibayangkan, betapa amburadulnya hasil
kepemimpinan di unit kerja seperti itu. Kalau anak buah Anda, percaya nggak
kepada Anda?
Kita, boleh saja
mengklaim bahwa anak buah pada percaya pada kita. Tapi, tidak mudah loh untuk
membuktikan jika hal itu bukan sekedar klaim semata. Mestinya, hal itu
tercermin pada pola hubungan dengan anak buah, serta perilaku kerja mereka.
Contoh, jika mereka masih melakukan kesalahan atau tindakan yang kurang pas
ketika tidak sedang kita awasi; maka itu menunjukkan bahwa kinerja bagus mereka
selama ini bukan karena mereka percaya dan bisa dipercaya. Melainkan karena
Anda tongkrongi.
Justru lebih baik
jika kita menyadari dan mengakui bahwa anak buah belum benar-benar trust pada
kita. Kesadaran ini menghindarkan kita dari ilusi merasa dipercaya oleh anak
buah padahal sebenarnya tidak. Kalau sudah sadar situasinya, kita kan tinggal
mencari solusinya saja. Sedangkan pimpinan yang tidak sadar jika anak buahnya
tidak mempercayai dia masih harus menimbang-nimbang; “Apa iyya anak buah saya tidak trust sama saya? Akh, maaasa
seeeeh…..”
Lalu apa
tindakan selanjutnya setelah muncul kesadaran itu? Kita mesti paham apa
penyebabnya. Supaya, solusinya bisa menyentuh akar masalahnya. Diantara banyak
penyebab hilangnya kepercayaan anak buah kepada atasan, ada 2 hal yang paling
besar efeknya dalam merusak kepercayaan anak buah pada atasan. Pertama, atasan sering mengumbar janji
yang tidak ditepati. Jangankan melakukannya berulang-ulang. Cuman ngegombal
sekali saja bisa membekas lama. Kita pun sama kok, nggak bisa percaya kepada
manusia yang kata-katanya tidak bisa dipegang bukan?
Maka, jaaaangan
sekali-kali menjanjikan sesuatu kepada anak buah yang tidak sanggup kita
merealisasikannya. Kalau pun anak buah tidak menuduh atasannya sebagai tukang
tipu, namun jauh dilubuk hatinya mereka tahu; bahwa atasannya itu bajindul.
Sehingga tidak ada perlunya sama sekali untuk mempercayai kata-katanya. Sebab apapun
yang dikatakan orang yang pernah mencederai janjinya; akan terdengar sebagai
sebuah kebohongan. Anda tidak akan bisa membayangkan, betapa sulit dan beratnya
pekerjaan seorang pemimpin yang dicap sebagai pembohong. Maka, hindarilah sikap
seperti itu; supaya Anda tidak tersiksa saat menjalankan tugas kepemimpinan itu.
Penyebab utama kedua adalah; atasan itu tidak
menunjukkan sikap percaya kepada atasannya yang lebih tinggi. Perhatikanlah
bahwa setinggi apapun jabatan seseorang, biasanya dia juga adalah anak buahnya
bagi orang yang jabatannya lebih tinggi dari dia kan? Maka kalau seorang atasan
ingin dipercaya oleh anak buahnya, dia harus menunjukkan bagaimana cara percaya
kepada atasan. Nanti anak buahnya akan meniru dia.
Anda, tentu
ingin bisa menjalankan tugas kepemimpinan itu dengan nyaman kan? Diikuti dan
dituruti oleh anak buah Anda, bukan karena mereka takut kepada Anda. Juga bukan
karena mereka selalu berada dibawah pengawasan Anda. Melainkan karena Anda dan
mereka saling percaya satu sama lain. Saling menjaga kepercayaan itu. Dan
saling menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Jika Anda ingin situasi
di unit kerja Anda seperti itu; maka Anda mesti memastikan bahwa Anda adalah
orang yang layak untuk dipercaya oleh anak buah. Caranya? Camkanlah kedua hal
yang sudah kita bahas diatas.
Catatan kaki:
Jangan ngarep bakal dipercaya anak buah kalau masih
suka menelan ludah. Jangan ngarep bakal dipercaya anak buah, kalau kepada
atasan sendiri saja tidak percaya. Karena kepercayaan tidak didapat dengan cara
menuntutnya kepada orang lain. Melainkan dengan membangunnya melalui perilaku
kita sendiri, yang layak dipercayai dan diikuti.
DEKA – Dadang
Kadarusman - 20 April 2015
Author, Trainer, and
Professional Public Speaker
DK: 0812 19899 737 or Ms.
Vivi at 0812 1040 3327
Tidak ada komentar:
Posting Komentar