Decision Making. Demikian
istilah kerennya. Mengambil keputusan. Sederhana sekali sebutannya. Namun,
mengapa dalam prakteknya sering tidak sesederhana itu? Kita bisa sampai pusing
tujuh keliling untuk mengambil sebuah keputusan? Sehingga untuk satu keputusan
pun diperlukan waktu yang sangat lamaaaaaaa zekali. Wajar jika orang lain
menyebut kita sebagai ‘sang pemimpin lemot’. Ada juga sih orang yang mudah
dalam mengambil keputusan. Namun, saking mudahnya; keputusan yang sudah dibuat
di pagi hari bisa berubah 180 derajat pada sore harinya. Demikianlah gambaraan
dua kutub ekstrim para pemimpin dalam mengambil keputusan. Ini bukan kisah
hayalan, melainkan realitas yang bisa kita temui sehari-hari.
Ada seorang raja yang ditanya wartawan; “Mengapa Yang
Mulia belum juga mengambil keputusan, padahal semua punggawa kerajaan tidak
bisa melakukan apapun tanpa keputusan raja?” Sahut sang raja;”Aku sedang
mempertimbangkan keputusan mana yang akan aku ambil.” Wartawan pun bertanya; “Memangnya
Yang Mulai punya berapa alternatif keputusan untuk diambil?” Dengan gagahnya
sang raja menjawab; “Aku hanya punya satu pilihan.” Para wartawan menepuk jidat
masing-masing; capek deh! Lelucon ini menggambarkan betapa jabatan seseorang
tidak selalu menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengambil keputusan. Padahal,
itu merupakan salah satu fungsi kepemimpinan. Bagi Anda yang tertarik menemani
saya belajar mengambil keputusan, saya ajak memulainya dengan memahami dan
menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:
1. Nyaris tidak ada keputusan yang keliru. Salah satu penyebab
utama sulitnya proses pengambilan keputusan adalah karena kita takut salah. Padahal,
dalam kebanyakan situasi; ukuran kualitas sebuah keputusan bukanlah soal salah
dan benar, melainkan soal manfaat yang bisa didapat dari keputusan itu dengan
konsekuensi tertentu. Jika memutuskan A; akan dapat apa ongkosnya berapa? Jika
memutuskan B juga sama. Tidak lebih dari itu. Maka prinsip pertama yang perlu
kita pegang teguh dalam proses pengambilan keputusan adalah; yakinlah bahwa
keputusan mana pun yang kita ambil adalah benar. Sehingga kita tidak perlu ragu
ketika hendak memutuskan sesuatu. Dengan keyakinan itu, maka kita bisa konsisten
sekaligus terbebas dari rasa was-was.
2. Landasi dengan etika atau business conduct. Supaya tidak menjadi keblinger
dan sok benar; dalam mengambil keputusan kita perlu menggunakan rambu-rambu
tertentu. Bagaimana melakukannya? Gampang. Gunakan etika kerja atau business
conduct sebagai landasannya. Segala keputusan yang diambil berdasarkan etika
atau business conduct yang berlaku di perusahaan kita, dijamin kebenarannya. Kita
tidak akan divonis bersalah karena mengambil keputusan yang sesuai dengan etika
dan business conduct itu. Sebaliknya, sebaik apapun keputusan kita; jika tidak
sesuai dengan business conduct, boleh jadi akan ditolak management. Anak buah takut
mengimplementasikannya. Dan jika terjadi ekses negatif, kita tidak akan
mendapatkan pembelaan dari sipapun. Pegang teguhlah business conduct, kita
aman.
3.
Pahami kondisi umum sebelum
terjadi masalah. Ada banyak keputusan yang harus kita ambil dalam
tempo yang sangat singkat. Sehingga kita tidak selalu mempunyai banyak waktu
untuk membuat pertimbangan ini dan itu. Kondisi seperti ini sangat sulit
diatasi oleh pemimpin yang belum memahami situasinya seperti apa. Beda dengan
pemimpin yang paham dengan situasinya. Meski kepepet waktu, dia bisa membuat
keputusan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Jadi, milikilah pemahaman secara
menyeluruh terhadap seluk belum wilayah tanggungjawab kita. Lagi pula, kan
memang sudah menjadi tanggungjawab kita untuk memahami seluruh aspek terkait
pekerjaan dan bagian-bagian dari tugas anak buah kita. Pemahaman itu akan
menjadi referensi yang kokoh ketika suatu saat kelak kita dihadapkan pada
masalah yang membutuhkan keputusan segera.
4.
Teliti detailnya dalam aktivitas
sehari-hari. Pemahaman terhadap detail situasi tidak cocok dilakukan
pada saat kita dituntut untuk mengambil keputusan. Pemahaman terhadap detail
sesuatu harus dilakukan melalui aktivitas harian kita. Hal ini tidak akan
menjadi kendala, jika kita terbiasa terjun ke lapangan, alias tidak sekedar
duduk manis di ruang kerja ber-AC kita. Coba perhatikan, bagaimana pemimpin
hebat memahami kondisi lapangan. Mereka rajin turun dan terjun kesana. Perhatikan
juga atasan yang jarang turun ke lapangan. Biasanya mereka ketinggalan detail
informasi penting di wilayah tanggungjawabnya. Maka rajinlah ‘turun gunung’, karena
itu akan meningkatkan pemahaman detail kita dan sangat berdampak pada kemampuan
dalam mengambil keputusan penting.
5.
Mengambil tanggungjawab terdepan.
Salah satu alasan mengapa atasan dibayar mahal adalah karena kitalah orang yang
paling bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi dengan kelompok kerja
yang kita pimpin. Apalagi menyangkut hasil atau konsekuensi dari keputusan yang
kita ambil. Menyalahkan anak buah, sudah tidak jaman lagi. Selain menunjukkan sifat
buruk yang doyan lari dari tanggungjawab, itu juga menyebabkan kita kehilangan
kredibilitas dimata anak buah. Kelak, mereka tidak akan berani lagi
mengimplementasikan keputusan kita karena takut dipersalahkan. Beda dengan
atasan yang berani mengambil tanggungjawab terdepan. Selain dinilai profesional,
juga lebih dipatuhi, diikuti dan dihargai oleh anak buahnya. Anak buah itu
hanya pelaksana. Kitalah penanggungjawabnya.
Ada kalanya memang keputusan itu
sangat penting. Tetapi derajat kepentingan sebuah keputusan sering kali hanya
sebatas ‘pemencet tombol hijau’ saja. Artinya, anak buah tidak terlalu risau
apakah kita mengambil keputusan A, B, atau C. Mereka hanya butuh kejelasan,
agar tahu apa yang harus dikerjakan. Oleh karenanya, dalam proses pengambilan
keputusan tidak usah bertele-tele. Gunakanlah ke-5 tahapan yang sudah kita
bahas diatas. Lalu monitor implementasinya, sambil membiasakan diri dengan doa
yang dicontohkan Rasulullah ini: “Ya Allah, aku memohon pilihan kepada-Mu
dengan ilmu-Mu. Karena Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa. Engkau
Mahatahu sedangkan aku tidak tahu. Dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.”
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 9 Agustus
2012
Leadership and People Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
Tidak ada komentar:
Posting Komentar