Entri Populer

26 Januari, 2016

Pengertian Ilmu Ekonomi



 
Apa yang di maksud dengan Ilmu Ekonomi?
Jawaban atas pertanyaan di atas, dimulai dengan pertanyaan tentang siapakah diri kita (manusia) ? Salah satu jawaban paling sering, kita aadalah makhluk yang serba terbatas. Tidak semua cita-cita atau keinginannya dapat tercapai. Karena itu manusia harus bernai menentukan pilihan. Keputusan dalam menentukan pilihan, bukanlah pekerjaan mudah, sebab harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Karenanya manusia perlu belajar bagaimana menentukan pilihan. Hal inilah yang dipelajari dalam ilmu ekonomi.
a.     Kelangkaan (Scarcity)
Keterbatasan kita menyebabkan banyak hal terasa langka (scarce). Kelangkaan mencakup kuantitas, kualitas, tempat dan waktu. Sesuatu tidak akan langka kalau jumlah (kuantitas) yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, berkualitas baik, tersedia di mana saja (di setiap tempat) dan kapan saja (waktu) dibutuhkan.
Udara (oksigen) untuk pernafasan manusia, di pedesaan yang masih hijau dan bersih, belum langka. Sebab tersedia dalam jumlah banyak, berkualitas baik, tersedia di mana saja dan kapan saja. Karena itu mereka yang tinggal di pedesaan tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi pernapasannya. Tidak demikian halnya dengan mereka yang tinggal di wilayah industri di Jepang. Polusi udara yang sudah parah membuat mereka tidak leluasa lagi menghirup udara berkualitas baik dalam jumlah banyak, kapan saja dan di mana saja. Udara segar menjadi langka. Untuk menikrnatinya diperlukan biaya.

b. Pilihan-pilihan (Choices)
Dalam setiap masyarakat selalu didapati bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas banyaknya. Manusia tidak pemah merasa puas atas apa yang telah mereka peroleh dan mereka capai. Apabila keinginan sebelurnnya sudah terpenuhi, maka keinginan-keinginan yang lain akan muncul. 
Terbatasnya sumber daya tersedia dibandingkan kebutuhan/keinginan, menyebabkan manusia harus menentukan pilihan-pilihan yang bersifat individu maupun kolektif. Pilihan yang bersifat individu, rnisalnya, baju apa yang akan dipakai hari ini. Pilihan kolektif, rnisalnya, ke mana kita piknik hari Sabtu nanti. Ada juga pilihan-pilihan yang sangat kompleks (sulit). Misalnya, mana yang kita dahulukan, sekolah yang tinggi atau cepat-cepat bekerja.

c. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Ilmu ekonomi memandang manusia sebagai makhluk rasional. Pilihan yang dibuatnya berdasarkan pertimbangan untung rugi, dengan membandingkan biaya yang harus dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh. Biaya yang dimaksudkan dalam konsep ilmu ekonomi (economic cost) berbeda dengan konsep biaya akuntansi (accounting cost)

Sampai di sini ilmu ekonomi sudah mulai dapat didefinisikan. Kita dapat merumuskannya sebagai Ilmu Memilih (Study of Choice), karena mempelajari perilaku manusia dalam menentukan pilihannya. 

Definisi yang lebih rinci misalnya : ilmu ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.


Dari definisi di atas, masalah ekonomi adalah masalah pilihan alokasi sumber daya yang langka. Ilmu ekonomi akan senantiasa bermanfaat, selama masalah yang dihadapi adalah alokasi sumber daya yang langka. Sumber daya yang tidak langka tidak perIu dibicarakan dalam ilmu ekonomi. Udara segar di pedesaan, seperti dicontohkan tadi, tidak perIu dibicarakan dalam ilmu ekonomi. Udara segar belum menjadi barang ekonomi (economic goods), sebab untuk memperolehnya tidak dibutuhkan pengorbanan (biaya). Udara segar di pedesaan adalah barang bebas (free goods). Sebaliknya udara segar di kota-kota industri di Jepang telah menjadi barang ekonomi. Udara segar sudah langka, sehingga untuk memperolehnya dibutuhkan pengorbanan. Pada saat itulah udara segar relevan dibicarakan dalam ilmu ekonomi. 

Namun sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu ekonomi hanyalah alat untuk memahami dan menganalisis keadaan yang dihadapi. Karena realitasnya begitu kompleks, maka perlu penyederhanaan. 
Dalam ilmu ekonomi, penye­derhanaan itu terlihat dari penyederhanaan masalah-masalah yang dihadapi.

a. Barang Apa Yang Harus Diproduksi dan Berapa Banyak?
Produksi berupa barang dan jasa adalah hasil transformasi berbagai faktor produksi. Barang dan jasa memberikan kegunaan/manfaat bagi pemakai/konsumen. Pertanyaan barang apa yang harus diproduksi bermakna barang apa yang harus disediakan? Berapa banyak agar kesejahteraan masyarakat meningkat?

b. Bagaimana Cara Memproduksinya?
Setelah memutuskan barang dan jasa apa saja yang harus diproduksi, pertanyaan berikut adalah, "Bagaimana cara memproduksinya?" Metode dan teknologi apa yang digunakan dalam proses produksi? Ilmu ekonomi memandang teknologi sebagai faktor penting dalam proses produksi. Namun manfaat teknologi tidak ditentukan oleh tingkat kecanggihan. Teknologi tinggi bukan satu-satunya pilihan. Sebab banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti skala produksi, kemampuan manajemen, iklim, kemampuan finansial dan sikap mental. Pilihan teknologi yang digunakan sebaiknya dikaitkan dengan faktor-faktor di atas. Agar teknologi yang dipilih menghasilkan tingkat efisiensi paling besar.

c. Untuk Siapa Barang dan Jasa Diproduksi ?
Pertanyaan ini berdimensi keadilan dan pemerataan. Sebab apa gunanya produksi melimpah karena menggunakan teknologi tinggi, berskala besar dan efisien, bila hanya dinikmati segelintir anggota masyarakat saja? Keputusan untuk siapa barang dan jasa diproduksi berkaitan erat dengan konsep keadilan masyarakat bersangkutan. 
Bagi masyarakat egaliter, keadilan berarti setiap individu memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan masayrakat utilitarian tidak terlalu mementingkan keadilan dalam jumlah. Jumlahnya silakan berbeda, yang penting apakah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.

 

25 Januari, 2016

Aspek Hukum dalam SKB - Bentuk Badan Usaha




Beberapa bentuk badan usaha di Indonesia, dari segi yuridisnya, adalah seperti di bawah ini:
1. Perusahaan Perseorangan
    Jenis perusahaan ini merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh
    seseorang. Disatu pihak ia memperoleh semua keuntungan perusahaan, di lain pihak
    juga menanggung semua resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan.

2. Firma
    Firma adalah suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang
    dengan dengan menggunakan nama bersama. Di dalam firma semua anggota
    mempunyai tanggung jawab sepenuhnya baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
    terhadap utang-utang perusahaan pada pihak lain. Bila terjadi kerugian maka
    kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan sdeluruh kekayaan pribadi.
   Jika salah satu anggota keluar dari firma, firma otomatis bubar.

3. Perseroan Komaditer (CV)
    Merupakan suatu persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang yang masing-
    masing menyerahkan sejumlah uang dalam jumlah yang tidak perlu sama. Sekutu
   dalam perseroan komanditer ini ada dua macam, ada yang disebut sekutu
   komplementer yaitu orang-orang yang bersedia untuk mengatur perusahaan dan
   sekutu komanditer yang memeprcayakan uangnya dan bertranggung jawab terbatas
   kepada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan.

4. Perseroan Terbatas (PT)
    Badan jenis ini adalah suatu badan yang mempunyai kekayaan, hak, dan kewajiban
    yang terpisah dari yang mendirikan dan memiliki. Tanda keikutsertaan seseorang
    memiliki perusahaan adalah dengan memiliki saham perusahaan, makin banyak
    saham yang dimilki makin besar pula andil dan kedudukannya dalam perusahaan
    tersebut. Jika terjadi utang, maka harta milik pribadi tidak dapat dipertanggungkan
   atas utang perusahaan tersebut, tetapi terbatas pada sahamnya saja.

5. Perusahaan Negara (PN)
    Adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang modalnya secara
    keseluruhan dimiliki oleh negara, kecuali jika adal hal-hal khusus berdasarkan
    undang-undang. Tujuan dari pendirian perusahaan negara ini adalah untuk
    membangun ekonomi nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur.

6. Perusahaan Pemerintah yang lain
    Bentuk perusahaan pemerintah yang lain di Indonesia adalah Persero, Perusahaan
    Umum (Perum), Perusahaan Jawatan (Perjan), dan Perusahaan Daerah (PD).
    Persero dan Perusahaan Daerah (PD) merupakan perusahaan yang mencari
    keuntungan bagi negara, sedangkan untuk Perum dan Perjan bukanlah semata-mata
    mencari keuntungan finansial.

7. Koperasi
    Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang
    bertujuan untuk meningkatakan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni,
    pribadi dan tidak dapat dialihkan. Jadi ia merupakan suatu wadah yang penting untuk
    kesejahteraan anggota berdasarkan persamaan. 
   

The Fourth Industrial Revolution

The report argues that the world is on the cusp of a “Fourth Industrial Revolution.”
The first revolution was spurred by the use of water and steam to power machinery, and the second replaced water and steam-powered machines with electrical power.
The third is the information technology revolution and the current revolution is described as an extension of the third, using a combination of hardware, robotics, and massive computing power to expand information technology beyond just software.
There’s great reason for Silicon Valley’s optimism in a future techno-utopia, these technologies have the potential to make enormous advances in productivity and solve challenging and previously intractable problems in every industry from healthcare to transportation.
Even if we take the surveys estimation of 5.1M lost jobs by 2020 with a grain of salt and trust that job growth can keep pace with job declines (albeit in different industries), it’s unequivocally clear at this point that the shift in employable skills will be a challenge for those on the losing end of that exchange.
This is a problem that we can prepare for though, and the WFE is rightfully ringing the alarm bell for employers and governments to prepare the global labor force for a sudden shift that could leave many workers at risk of losing their jobs. The WFE report writes:
“During previous industrial revolutions, it often took decades to build the training systems and labour market institutions needed to develop major new skill sets on a large scale. Given the upcoming pace and scale of disruption brought about by the Fourth Industrial Revolution, however, this is simply not be an option. Without targeted action today to manage the near-term transition and build a workforce with futureproof skills, governments will have to cope with ever-growing unemployment and inequality, and businesses with a shrinking consumer base. Moreover, these efforts are necessary not just to mitigate the risks of the profound shifts underway but also to capitalize on the opportunities presented by the Fourth Industrial Revolution. The talent to manage, shape and lead the changes underway will be in short supply unless we take action today to develop it.”

source:  http://techcrunch.com/2016/01/21/the-world-economic-forum-on-the-future-of-jobs/#.ti1srtz:G1cN